SEMANGAT PAGI

semangat pagi..BILA ADA INFO BENCANA/MUSIBAH SEGERA HUBUNGI EMERGENCY CALL : 024 70703045 / 08122914271)

Minggu, 05 Mei 2013

DIRGAHAYU HIMALAWU KE 35 TAHUN...


SRAGEN - Tanggal 2 Mei 2013 ini, Perhimpunan Pecinta Alam dan Kemanusiaan HIMALAWU Sragen genap berusia 35 tahun. Usia yang cukup tua bagi sebuah kelompok atau organisasi sosial. Telah banyak darma bakti yang disumbangkan untuk membantu masyarakat, terutama ketika terjadi bencana alam. Namun kini banyak pihak berharap kepada HIMALAWU untuk terus meningkatkan baktinya kepada masyarakat, bukan hanya pada saat terjadi bencana alam, tetapi juga ketika alam dalam kondisi normal.

Menyimak perjalanan 35 tahun HIMALAWU Sragen banyak hal menarik untuk diambil hikmahnya, bahwa pada tahun 1966 yakni Adi Karno, Ismadi AS dan Anas Suparno sering mendaki gunung Lawu. Mereka kemudian membentuk kelompok bernama “CLUB PENDAKI GUNUNG SRAGEN”.


Setelah banyak orang bergabung untuk mengikuti kegiatan pendakian gunung Lawu, klub ini berubah nama menjadi “Pecinta Alam HIMALAWU”, artinya kabut gunung Lawu. Untuk memperkuat jati diri organisasi, pada tahun 1977 dibuat Anggaran Dasar. Agar organisasi ini bisa menampung berbagai kelompok pendaki gunung dan pecinta alam lain yang ada di Sragen, awal tahun 1978, klub ini berubah lagi menjadi “Perhimpunan Pecinta Alam HIMALAWU”. Tepat tanggal 2 Mei 1978, Ketua Badan SAR Nasional, Marsekal Madya Dono Indarto, hadir secara pribadi untuk meresmikan “Perhimpunan Pecinta Alam HIMALAWU” Sragen.


Dari tahun ketahun, perhimpunan ini berkembang dengan baik dan keberadaannya sangat dirasakan oleh masyarakat, terutama memberitakan pertolongan kepada warga yang tersesat dan mengalami kecelakaan saat mendaki gunung Lawu.

Dalam perjalanan waktu, untuk memberikan peran yang lebih luas, nama klub ini disempurnakan menjadi “Perhimpunan Pecinta Alam dan Kemanusiaan HIMALAWU”. “Dicantumkannya kata kemanusiaan dimaksudkan agar kegiatannya lebih diperluas termasuk mengadakan bakti sosial dan membantu program-program pemerintah”, kata Sri Busono, salah seorang mantan ketua umum HIMALAWU.

Nama HIMALAWU Sragen kian hari makin melekat dihati masyarakat bukan hanya di bumi Sukowati, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia yang pernah mengalami bencana alam. Koordinasi dengan Pemerintah dan sesama Tim SAR atau organisasi berbasis kemanusiaan terus dilakukan. Untuk memantapkan langkah dan meningkatkan ketrampilan anggota, terus melakukan pelatihan. “Pernah latihan bersama dengan tim WANADRI dari Bandung yang bertajuk Gladian SAR GURILA (Gunung, Rimba dan Laut)”, ungkap Anas Sugiyono. Seringnya perhimpunan ini terjun dalam operasi pencarian dan pertolongan, sekarang dibelakang nama HIMALAWU ditambah lebel EMERGENCY SAR. Saat ini HIMALAWU diperkuat oleh personil relawan sekitar 120 orang yang siap tampil setiap saat.

Genap 35 tahun HIMALAWU mengabdi untuk kemanusiaan. Keberadaan dan kehadiran di tengah masyarakat tetap dibutuhkan. “Semoga HIMALAWU Sragen bisa terus mengabdikan diri di tengah masyarakat sesuai Mottonya, SEPI ING PAMRIH RAME ING GAWE, yang berati tidak pernah mengharapkan dan atau meminta sesuatu imbalan dalam menjalankan tugas kemanusiaan”, pesan Agus Faturachman ketika menghadiri peringatan 35 tahun HIMALAWU Sabtu (4/5) lalu.

1 komentar: